Selasa, 26 September 2017

Makalah Jual Beli | Download

Makalah Jual Beli | Download



Download Filenya


Ingat, Makalah yang kami share hanya sebagai bentuk referensi saja. Silahkan cari referensi dari sumber lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial, yakni tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Terutama dalam hal muamalah, seperti jual beli, baik dalam urusan diri sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Namun sering kali dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui kecurangan-kecurangan dalam urusan muamalah ini dan merugikan masyarakat. Untuk menjawab segala problema tersebut. Agama memberikan peraturan dan pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kita yang telah diatur sedemikian rupa dalam Al-Qur’an dan Hadits, dan tentunya untuk kita pelajari dengan sebaik-baiknya pula agar hubungan antar manusia berjalan dengan lancar dan teratur.
Jual beli adalah kegiatan tukar menukar barang dengan cara tertentu yang setiap hari pasti dilakukan namun kadang kala kita tidak mengetahui apakah caranya memenuhi syara’ ataukah belum. Kita perlu mengetahui bagaimana cara berjual beli menurut syari’at.
Oleh karena itu, dalam makalah ini sengaja kami bahas mengenai jual beli, karena sangat kental dengan kehidupan masyarakat. Disini pula akan dibahas mulai dari tata cara jual beli yang benar sampai hal-hal  yang di haramkan atau di larang. Tujuannya untuk mempermudah praktek mu’amalah kita dalam kehidupan sehari-hari dan supaya kita tidak mudah untuk terjerat dalam lingkaran kecurangan yang sangat meresahkan dan merugikan masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas antara lain :
1.    Apa pengertian, hukum, rukun dan syarat jual beli?
2.    Apa saja macam-macam praktik dalam jual beli?
C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk :
1.    Mengetahui pengertian, hukum, rukun dan syarat jual beli.
2.    Mengetahui macam-macam praktek jual beli



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Jual Beli
A.1 Pengertian Jual Beli
Jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqih disebut Al-ba’i yang menurit etimologi berarti menjual atau mengganti. Wahbah al-Zuhaily mengartikan secara bahasa dengan menukar dan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata al-Ba’i dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata as-Syira’ (beli). Dengan demikian, kata al-Ba’i berarti jual, tetapi sekaligus membeli [1]
Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli menurut sebagian ulama, antara lain :
a)         Ulama Sayyid Sabiq
Beliau mendefinisikan bahwa jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling merelakan atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. Yang dimaksud harta dalam definisi tersebut yaitu segala yang dimiliki dan bermanfaat, maka dikecualikan yang bukan milik dan tidak bermanfaat. Yang dimaksud dengan ganti agar dapat dibedakan dengan hibah (pemberian), sedangkan yang dimaksud dapat dibenarkan (ma’dzun fih) agar dapat dibedakan dengan jual beli yang terlarang.
b)        Ulama Hanfiyah
Ia mendifinisikan bahwa jual beli adalah saling tukar harta dengan harta lain melalui cara yang khusus. Yang dimaksud ulama Hanafiyah dengan kata-kata tersebut adalah melalui ijab qabul, atau juga boleh melalui saling memberikan barang dan harga dari penjual dan pembeli.
c)         Ulama Ibn Qudamah
Menurutnya, jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan. Dalam definisi ini ditekankan kata milik dan pemilikan, karena ada juga tukar menukar harta yang sifatnya tidak harus dimiliki seperti sewa menyewa.[2]
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.
A.2 Hukum Jual Beli
Jual beli hukum asalnya ialah jaiz atau mubah/boleh (halal) berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, Hadits dan ijma’ para ulama. Sebagaimana firman Allah dalam beberapa ayat Al-Qur’an di bawah ini, yang artinya :
“... janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka dama suka diantara kamu....” (Qs. An-Nisa:29)
“Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Qs. Al-Baqoroh:275)
A.3 Rukun dan Syarat Jual Beli
1.    Penjual dan pembeli, dengan syarat :
a.    Berakal, agar tidak terkecoh. Orang yang gila atau bodoh tidak sah jual belinya.
b.    Dengan kehendak sendiri (bukan dipaksa)
c.    Baligh (berumur 15 tahun ke atas/dewasa). Adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi belum dewasa, menurut pendapat sebagian ulama mereka diperbolehkan berjual beli barang yang kecil-kecil, karena kalau tidak diperbolehkan, sudah tentu menjadi kesulitan dan menetapkan peraturan yang mendatangkan kesulitan kepada pemeluknya.
2.    Uang dan benda yang dibeli, syaratnya ialah :
a.    Suci. Barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan, seperti kulit binatang atau bangkai yang belum disamak.
b.    Ada manfaatnya. Tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Dilarang pula mengambil tukarannya karena hal itu termasuk dalam arti menyia-nyiakan (memboroskan) harta yang terlarang
c.    Barang itu dapat diserahkan. Tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli.
d.   Barang itu diketahui oleh si penjual dan si pembeli. Zat, bentuk, kadar (ukuran), dan sifat-sifatnya jelas sehingga antara penjual dan pembeli keduanya tidak saling kecoh-mengecoh
3.    Akad (ijab dan kabul)
Rukun jual beli ada tiga, yaitu : akad (ijab kabul), orang-orang yang berakad (penjual dan pembeli), dan ma’kud alaih (objek akad).
Akad ialah ikatan  antara penjual dan pembeli, jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan kabul dilakukan. Sebab, ijab kabul menunjukan keridhaan.

B. Macam – Macam Praktek Jual Beli
B.1 Praktek jual beli yang dibolehkan
1.    Jual beli lelang
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَاعَ حِلْسًا وَقَدَحًا، وَقَالَ: «مَنْ يَشْتَرِي هَذَا الحِلْسَ وَالقَدَحَ»، فَقَالَ رَجُلٌ: أَخَذْتُهُمَا بِدِرْهَمٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ، مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ»، فَأَعْطَاهُ رَجُلٌ دِرْهَمَيْنِ: فَبَاعَهُمَا مِنْهُ
Dari [Anas bin Malik] berkata, "Seorang lelaki Anshar datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan meminta kepada Beliau. Maka beliau pun bertanya kepadanya: "Apakah di rumahmu ada sesuatu?" Ia menjawab, "Ya. Sebuah alas pelana yang sebagian kami pakai dan sebagian lagi kami bentangkan, serta sebuah gelas yang kami gunakan untuk minum air." Beliau bersabda: "Berikanlah keduanya itu untukku." Anas berkata, "Orang itu lantas membawa keduanya hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengambilnya dengan tangannya, kemudian bersabda: "Siapa yang mau membeli dua barang ini?" Seorang laki-laki berkata, "Saya mau membelinya dengan satu dirham! "Beliau bertanya lagi: "Siapa yang mau menambahnya?" Beliau ulangi pertanyaan itu dua atau tiga kali. Lalu seorang laki-laki berkata, "Saya akan membelinya dengan dua dirham." Lalu Beliau memberikan tersebut kepadanya, kemudian meminta uang pembayarannya seraya memberikannya kepada sahabat Anshar tadi.”
Syarah Al-Hadits
Jual beli lelang sudah dikenal sejak zaman sahabat. Jual beli ini sering diistilahkan dengan jual beli Muzayadah, artinya saling menambah. Karena umumnya penjual ketika membuka harga barang yang dilelang, dia mengatakan, man yazid? artinya “siapa yang mau menambah harga?”
Berikut diantara dalil yang menunjukkan bahwa jual beli lelang telah dikenal di masa sahabat,
Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
Suatu ketika ada seorang Anshar mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengeluhkan keadaannya karena tidak punya uang.
“Kamu tidak punya barang apapun?” tanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Orang inipun mengambil sedel pelana dan gelas.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menawarkan kepada para sahabat,
 ﻳَﺰِﻳﺪُ ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﺑِﺪِﺭْﻫَﻢﺁﺧُﺬُﻫُﻤَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻞﺟْﺭَُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺬَﻳْﻦِﻫ ﺸْﺘَﺮِﻱ ﻣَﻦ
“Siapa yang mau membeli ini?”
“Saya berani membeli 1 dirham.” Tawar salah satu sahabat.
“Siapa yang berani lebih dari 1 dirham?”
Semua sahabat terdiam. Hingga beliau mengulangi lagi tawarannya,
ﺩِﺭْﻫَﻢٍ ﻋَﻠَﻰ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﻣَﻦْ
“Siapa yang mau menambah lebih dari 1 dirham?”
Hingga akhirnya ada satu orang yang angkat tangan, “Saya berani membelinya 2 dirham.”
“Silahkan ambil barang ini.” ucap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Takhrij hadits
Hadis ini diriwayatkan Abu Daud dalam kitab sunannya no. 1398, dan Ibnu Majah dalam kitab sunannya no. 2189. Namun status hadis ini dhaif, sebagaimana keterangan al-Albani dan Syuaib al-Arnauth. Karena dalam sanadnya terdapat perawi bernama Abu Bakr Al Hanafi dan dia Majhul.
Akan tetapi, Turmudzi menjelaskan bahwa para ulama mengamalkan kandungan hukum dalam hadis ini. Karena jual beli Muzayadah (lelang) termasuk jual beli yang sudah dikenal para sahabat dan tabiin.
Imam At-Thahawi membawakan keterangan dari ulama tabiin, Atha bin Abi Rabah (w. 114 H), beliau mengatakan, “Saya menjumpai para manusia (sahabat) yang mereka melakukan jual beli ghanimah kepada “man yazid” (orang yang menambah harga). (Syarh Ma’ani al-Atsar, no. 3935).
At-Thahawi juga menyebutkan riwayat dari Mujahid (ulama tabiin, muridnya Ibnu Abbas, w. 104 H), Mujahid mengatakan, “Tidak masalah seseorang menawar barang yang sudah ditawar orang lain jika pasar masih terbuka (lelang belum ditutup). Dan jika barang sudah dibawa pemenang lelang, tidak boleh ditawar lagi. (Syarh Ma’ani al-Atsar, no. 3936).

2.    Jual beli kredit
عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: جَاءَتْنِي بَرِيرَةُ فَقَالَتْ: كَاتَبْتُ أَهْلِي عَلَى تِسْعِ أَوَاقٍ فِي كُلِّ عَامٍ، أُوقِيَّةٌ، فَأَعِينِينِي، فَقَالَتْ: إِنْ أَحَبُّوا أَنْ أَعُدَّهَا لَهُمْ وَيَكُونَ وَلاَؤُكِ لِي، فَعَلْتُ، فَذَهَبَتْ بَرِيرَةُ إِلَى أَهْلِهَا، فَقَالَتْ لَهُمْ: فَأَبَوْا عَلَيْهَا، فَجَاءَتْ مِنْ عِنْدِهِمْ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ، فَقَالَتْ: إِنِّي قَدْ عَرَضْتُ ذَلِكِ عَلَيْهِمْ، فَأَبَوْا إِلَّا أَنْ يَكُونَ الوَلاَءُ لَهُمْ، فَسَمِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخْبَرَتْ عَائِشَةُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «خُذِيهَا وَاشْتَرِطِي لَهُمُ الوَلاَءَ، فَإِنَّمَا الوَلاَءُ لِمَنْ أَعْتَقَ
Dari Aisyah berkata : “Telah datang Bariroh kepadaku dia berkata: “keluargaku mewajibkanku dengan membayar 9 uqiyah, setiap tahun saya membayar satu uqiyah, maka tolonglah aku”. Maka Aisyah berkata padanya : “Kalau mereka ingin agar saya bayar tebusanmu namun wala’mu menjadi milikku maka akan saya lakukan.” Maka Bariroh pergi ke keluarganya dan menyebutkan hal ini pada mereka, namun mereka enggan melakukannya, maka Bariroh kembali datang dan saat itu Rasulullah sedang duduk, Bariroh berkata: “aku telah menyampaikan hal itu kepada mereka dan mereka enggan kecuali kalau wala’ tetap bagi mereka”. Setelah hal itu disampaika pada Rasulullah Saw maka beliau bersabda: (Ambillah ia dan penuhilah persyaratan mereka, karena wala’ itu kepunyaan yang memerdekakan). (HR. Bukhori Muslim)
Takhrij hadits
Segi pengambilan dalil : Dalam hadist ini jelas bahwa Bariroh membayarnya dengan mengkredit karena dia membayar sembilan uqiyah yang dibayar selama sembilan tahun, satu tahunnya sebanyak satu uqiyah.
3.  Jual beli salam
 عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ وَهُمْ يُسْلِفُونَ السَّنَةَ وَ السَّنَتَيْنِ فِي التَّمْرِ، فَقَالَ: «مَنْ أَسْلَفَ فَلْيُسْلِفْ فِي كَيْلٍ مَعْلُومٍ وَوَزْنٍ مَعْلُومٍ إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ»
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang ke Madinah dan penduduknya biasa meminjamkan buahnya untuk masa setahun dan dua tahun. Lalu beliau bersabda: "Barangsiapa meminjamkan buah maka hendaknya ia meminjamkannya dalam takaran, timbangan, dan masa tertentu." Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Bukhari: "Barangsiapa meminjamkan sesuatu."
Salam dengan membaca fatah huruf
sin dan huruf lam adalah menangguhkan pembayaran terhadap barang yang hendak dibeli. Jika kalimat ini menggunakan huruf mim
( al-salam ), maka ia mengikut bahasa masyarakat Iraq, namun jika menggunakan huruf fa ( al-salaf ) maka ia mengikut bahasa masyarakat Hijaz. Menurut syari’at, salam adalah menjual barang yang belum dimiliki dengan menggambarkan sifat-sifat dan jenisnya.
Makna Hadits
Masa terus berjalan sementara usaha memiliki waktu-waktu tersendiri. Seseorang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi keperluan keluarganya dan manusia sentiasa memerlukan sesutu untuk memenuhi keperluannya. Oleh itu, mereka memerlukan satu sistem untuk memenuhi keperluan mereka dengan mengharuskan pinjaman, salam dan gadai. Semua ini bertujuan untuk meringankan beban hidup manusia ketika berdepan
dengan situasi yang sukar. Oleh kerana peminjam dan orang yang memberi pinjaman sering kali bertelingkah mengenai waktu pembayaran dan barang yang mesti diserahkan, syariat Islam telah pun menetapkan beberapa perkara bagi mengelakkan kerugian dan permusuhan daripada berlaku dengan tetap mengekalkan hukum harus untuk membuat pinjaman,
salam dan gadai. Jadi, Islam mewajibkan untuk menetapkan timbangan, sukatan dan waktu dimana hutang tersebut wajib dibayar oleh peminjam di samping ketentuanketentuan lain yang berkaitan dengannya.
Analisis Lafaz
قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ, peristiwa ini terjadi ketika baginda berhijrah.
يُسْلِفُونَ, mereka mengadakan jual beli dengan satu sistem di mana harga ada di tangan pembeli.
السَّنَةَ وَ السَّنَتَيْنِ, ungkapan ini sekadar menunjukkan kebiasaan, kerana tidak ada larangan untuk menaikkan tempoh melebihi waktu-waktu yang telah disebutkan itu. Malah dalam satu hadith yang diriwayatkan al-Bukhari disebutkan: “Dua atau tiga tahun.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Mereka meminjam hingga dua atau tiga tahun. فِي التَّمْرِ, ungkapan ini hanya sekadar menunjukkan kebiasaan, kerana al-Hafiz Ibn Hajar meriwayatkan hadith lain oleh al-Bukhari: “Barang siapa yang meminjam sesuatu.” Lafaz hadith ini lebih bersifat umum.
وَوَزْنٍ مَعْلُومٍ , huruf waw di sini bermakna aw (atau). Dengan erti kata lain, memadailah dengan menggunakan salah satu di antara keduannya itu. Malah salam riwayat yang lain ditegaskan perkara yang serupa. Takaran dan timbangan di sini hanya sekadar menunjukkan kebiasaan. Ia boleh digantikan dengan penjumlahan, misalnya atau penjumlahan yang digabungkan dengan takaran atau timbangan secara sekaligus.
إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ , syarat ini disandarkan kepada salah satu di antara dua perkara sebelum ini, bukan kepada kedua-duanya sekaligus.

B.2  Praktek jual beli yang terlarang
1. Jual beli Gharar
عَنْ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: " نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعِ الْغَرَرِ
Dari Abu Huroiroh berkata : “Rosululloh melarang jual beli ghoror.”
(HR. Muslim 1513)
Penjelasan Hadits
Imam Nawawi dalam Syarhu Muslimnya X: 156 menjelaskan "Adapun larangan jual beli secara gharar, merupakan prinsip yang agung dari sekian banyak prinsip yang terkandung dalam Bab Jual Beli, oleh karena itu, Imam Muslim menempatkan hadits gharar ini di bagian pertama dalam Kitabul Buyu’ yang dapat dimasukkan ke dalamnya berbagai permasalahan yang amat banyak tanpa batas, seperti, jual beli budak yang kabur, jual beli barang yang tidak ada, jual beli barang yang tidak diketahui, jual beli barang yang tidak dapat diserahterimakan, jual beli barang yang belum menjadi hak milik penuh si penjual, jual beli ikan di dalam kolam yang lebar, jual beli air susu yang masih berada di dalam tetek hewan, jual beli janin yang ada di dalam perut induknya, menjual sebagian dari seonggok makanan dalam keadaan tidak jelas (tanpa ditakar dan tanpa ditimbang), menjual satu pakaian di antara sekian banyak pakaian, menjual seekor kambing di antara sekian banyak kambing, dan yang semisal dengan itu semuanya. Dan, semua jual beli ini bathil, karena sifatnya gharar tanpa ada keperluan yang mendesak."
Selanjutnya, beliau (Nawawi) berkata : "Kalau ada hajat yang mengharuskan melakukan gharar, dan tertutup kemungkinan untuk menghindarinya, kecuali dengan amat sulit sekali, lagi pula gharar tersebut bersifat sepele, maka boleh jual beli yang dimaksud. Oleh sebab itu, kaum muslim sepakat atas bolehnya jual beli jas yang di dalamnya terdapat kapas yang sulit dipisahkan, dan kalau kapasnya dijual secara terpisah justru tidak boleh."
"Ketahuilah bahwa jual beli barang secara mulamasah, secara munabadzah, jual beli barang secara habalul habalah, jual beli barang dengan cara melemparkan batu kecil, dan larangan itu semua yang terkategori jual beli yang ditegaskan oleh nash-nash tertentu maka semua itu masuk ke dalam larangan jual beli barang secara gharar. Akan tetapi jual beli secara gharar ini disebutkan secara sendirian dan ada larangan secara khusus, karena praktik jual beli gharar ini termasuk praktik jual beli jahiliyah yang amat terkenal. Wallahu a’lam.



2. Jual beli Najsy
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: «نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّجْشِ»
Dari Ibnu ‘Umar r.a.: Bahwasanya Rasulullah saw melarang jual-beli dengan cara najasy”. Dan dalam lafazh yang lain dinyatakan: Janganlah kamu sekalian melakukan jual-beli dengan cara najasy. (HR al-Bukhari)
Pengertian Lafal
An-Najasy – dalam pengertian etimologis – bermakna: al-Itsârah , yaitu menggerakkan. Yang diambil dari kata: najasytu ash-shaida idzâ atsartuhu (aku menghalau hewan buruan apabila aku menggerakkan/mengejutkannya). Sedang dalam pengertian terminologis adalah: (ketika) seseorang menambah harga pada suatu barang, namun ia tidak membutuhkan barang tersebut dan tidak ingin membelinya; ia hanya ingin harganya bertambah, dan akan menguntungkan pemilik barang.
Maksud Hadis
Rasulullah s.a.w. — pada prinsipnya – melarang bai’ an-najasy. An-Najasy yang dimaksud dalam hadis ini ialah bentuk praktik julal-beli sebagai berikut: seseorang yang telah ditugaskan menawar barang mendatangi penjual lalu menawar barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi dari yang biasa. Hal itu dilakukannya dihadapan pembeli dengan tujuan memperdaya si pembeli. Sementara ia sendiri tidak berniat untuk membelinya, namun tujuannya semata-mata ingin memperdaya si pembeli dengan tawarannya tersebut. Ini termasuk bentuk penipuan, dan oleh karenanya disebut sebagai praktik jual-beli yang terlarang.
Penjelasan dan Istinbath Hukum
1. Haram hukumnya praktik najasy dalam jual beli. Dalam hal ini at-Tirmidzi berkata dalam Sunannya (III/597), “Hadis inilah yang berlaku di kalangan ahli ilmu, mereka memakruhkan praktik najasy dalam jual beli.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam kitab
Fathul Bâri (XII/336), “Makruh yang dimaksud adalah makruh tahrim (mendekati haram).”
2. Bentuk praktik najasy adalah sebagai berikut, seseorang yang telah ditugaskan menawar barang mendatangi penjual lalu menawar barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi dari yang biasa. Hal itu dilakukannya dihadapan pembeli dengan tujuan memperdaya si pembeli. Sementara ia sendiri tidak berniat untuk membelinya, namun tujuannya semata-mata ingin memperdaya si pembeli dengan tawarannya tersebut. Ini termasuk bentuk penipuan, ( Sunan at-Tirmidzi [III/597-598]).
3. Al-Baghawi berkata dalam kitab Syarhus Sunnah [VTII/120-121], “Najasy adalah seorang laki-laki melihat ada barang yang hendak dijual. Lalu ia datang menawar barang tersebut dengan tawaran yang tinggi sementara ia sendiri tidak berniat membelinya, namun semata-mata bertujuan mendorong para pembeli untuk membelinya dengan harga yang lebih tinggi.
4. At-Tanâjusy adalah seseorang melakukan hal tersebut untuk temannya dengan balasan temannya itu melakukan hal yang sama untuknya jika barangnya jadi terjual dengan harga tinggi. Pelakunya dianggap sebagai orang durhaka karena perbuatannya itu, baik ia mengetahui adanya larangan maupun tidak, sebab perbuatan tersebut termasuk penipuan dan penipuan bukanlah akhlak orang Islam.”
5. Orang yang melakukan praktik najasy dianggap sebagai orang yang berdosa dan durhaka. Ibnu Baththal telah menukil ijma’ ahli ilmu dalam masalah ini. (lihat
Fathul Bâri (IV/355). Dalilnya adalah hadis ‘Abdullah bin Abi Aufa r.a, ia berkata, “Seorang menjajakan barang dagangannya sambil bersumpah dengan nama Allah bahwa ia menjualnya di bawah modal yang telah ia keluarkan. Lalu turunlah ayat, ‘Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit…’ (QS Ali ‘Imran, 3: 77)”
6. ‘Abdullah bin Abi Aufa berkata, “Pelaku praktik najasy adalah pemakan riba dan pengkhianat,” (HR al-Bukhari [2675]). Jika si penjual bekerja sama dengan pelaku najasy dan memberikan kepadanya persen bila barang laku terjual dengan harga tinggi, maka ia juga turut mendapatkan bagian dalam dosa, penipuan, dan pengkhianatan. Keduanya berada dalam Neraka.
7. Apabila praktik najasy ini dilakukan atas kerja sama antara oknum pelaku dengan penjual atau atas rekayasa si penjual, maka jual beli tersebut tidak halal.
Al-Baghawi berkata dalam Syarhus Sunnah (VIII/121), “Para ulama sepakat bahwa bila seorang mengakui praktik najasy yang dilakukannya lalu si pembeli jadi membelinya, maka jual beli dianggap sah, tidak ada hak khiyar bagi si pembeli, jika oknum pelaku najasy tadi melakukan aksinya tanpa perintah dari si penjual. Namun, bila ia melakukannya atas perintah dari si penjual, maka sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa si pembeli memiliki hak khiyar.”

3. Akad ganda dalam satu transaksi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: «نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعَتَيْنِ فِي بَيْعَةٍ»
Artinya: Rasul SAW melarang 2 bai’ah dalam 1 baiah”
Penjelasan Hadits
Hadis ini diriwayatkan oleh 3 orang sahabat yaitu Abu Hurairah, Abdullah ibn Umar Ibn Khatab, dan Abdullah ibn Amr Ibn Ash.
1) Hadis Abu Hurairah ra.:
«نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعَتَيْنِ فِي بَيْعَةٍ»
Artinya: “ Rasul SAW melarang 2 bai’ah dalam 1 baiah”.
Imam Tirmidzi menilai hadis ini: Hadis Hasan Sahih (Vide: Sunan At-Tirmidzi dengan Tuhfah Al-Ahwadzi (4/427-429)). Dan dengan lafadz : « …من باع  ».
Imam Al-Hakim menilai hadis ini sahih menurut syarat Imam Muslim « صحيح علی شرط مسلم » dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi (Vide: Al-Mustadrak Ala Shahihain (2/45))
Imam Ibn Hazm menilai hadis ini juga sahih (Vide: Al-Muhala Li Ibn Hazm (9/16)), Abdul Haq dalam kitab Ahkamnya (Vide: Al-Ahkam Lil Hafidz Abdul Haq (1/155), seperti dala Irwa’ Al-Ghalil (5/150)) dan Al-Baghawi (Vide: Syarh As-Sunah (8/142)). Tetapi Syeikh Albani berkata dalam Kitab Sahih Al-Jami’ Ash-Shagir: hadis sahih (no. 6943), dalam kitab Al-Irwa’: hadis ini hasan saja, karena Muhammad Ibn Amru ada sedikit kritik (kalam yasir) terkait hafalannya. Imam Bukhari meriwayatkan hadisnya sebagai hadis pendamping (maqrun), dan Imam Muslim meriwayatkan hadisnya sebagai hadis pendukung (mutaba’ah). (Vide: Irwa’ Al-Ghalil (5/150))
Hafidz Ibn Hajar berkata tentang Muhammad Ibn Amru Al-Yafi’ii:
“terpercaya (shuduq), kadang salah sangka dalam meriwatkan hadis (lahu awham), termasuk generasi perawi hadis kesembilan. Beliau memberi isyarat bahwa Imam Muslim dan An-Nasa’I meriwayatkan hadis darinya. (Vide: Taqrib At-Tahdzib (2/196))
Imam Adz-Dzahabi berkata:
“Ibn Hibban menyebutkan Muhammad Ibn Amru dalam kitab Ats-Tsiqat (pent- kumpulan biografi perawi hadis yang terpercaya). Ibn Abi Hatim berkata: Saya bertanya kepada ayahku dan Abu Zur’ah tentang Muhammad Ibn Amru, lalu dia berkata: dia (pent- Muhammad Ibn Amru) adalah guru dari Ibn Wahab. Saya berkata: Imam Muslim meriwayatkan hadis darinya, dan saya tidak mengetahui seorang-pun (pent- ada ulama ahli hadis) yang menilainya lemah”. (Vide: Mizan Al-I’tidal Lil Hafidz Adz-Dzahabi, Darul Ma’rifah – Beirut, 3/474-475))
2) Hadis Abdullah Ibn Umar ra.:
Al-Hafidz Al-Haitsami berkata:
Artinya: “para perawi Imam Ahmad adalah perawi hadis sahih”. (Vide: Majma’ Az-Zawaid (4/85))
Syeikh Albani berkomentar tentang hadis ini:
Artinya: “tapi hadis ini munqati’ (pent- setiap hadis yang tidak bersambung sanadnya, baik yang disandarkan kepada Nabi SAW, maupun disandarkan kepada yang lain). Berkata Al-Bushoyrii dalam Al-Zawaid: para perawi dalam sanad ini adalah terpercaya, tapi sanadnya munqathi’. Imam Ahmad ibn Hambal berkata: “Yunus Ibn Ubaid tidak mendengar hadis dari Nafi’, tapi mendengar hadis dari Ibn Nafi’ dari ayahnya”. Ibn Ma’in dan Abu Hatim berkata: “Yunus Ibn Ubaid tidak mendengar hadis dari Nafi’.
Syeikh Albani berkomentar:
Artinya: “Nafi’ memiliki 3 orang anak yaitu Umar, Abdullah dan Abu Umar seperti dalam kitab At-Tahdzib, Umar (pent- anak pertama nafi’) adalah perawi terpercaya (tsiqah) termasuk para perawi hadis Imam Bukhari dan Muslim, anak kedua adalah perawi lemah (dhaif) dan anak ketiga: saya tidak mengetahui dirinya (pent- syeikh albani tidak mendapat biografi tentang anak ketiga Nafi’). Jika Yunus Ibn Ubaid meriwayatkan hadis dari putra pertama Nafi’ (pent- yaitu umar ibn nafi’), maka sanad hadis ini adalah sahih. (Vide: Irwa’ Al-Ghalil (5/150-151))
3) Hadis Ibn Amru Ibn Al-Ash:
Ibn Khuzaimah telah meriwayatkan hadis tersebut dalam kitab sahihnya, sehingga hadis ini dinilai sebagai hadis sahih. (Vide: Irwa’ Al-Ghalil (5/151))
Kesimpulan:
Hadis ini adalah hadis sahih atau hasan, serta dapat digunakan hujjah dalam masalah hukum.
Dalam riwayat lainnya dengan lafadl : “Barang siapa yang melakukan dua transaksi jual beli dalam satu transaksi jual beli, maka dia harus mengambil harga yang paling rendah, kalau tidak akan terjerumus pada riba.” (HR. Abu Dawud 3461, Hakim 2/45 dengan sanad hasan)
Hadits yang senada juga datang dari Abdulloh bin Amr bin Ash dan Abdulloh bin mas’ud dan lainnya . Lihat Irwa’ul Gholil oleh Imam Al Albani no : 1307.
Tafsir dari larangan Rosululloh “Dua transaksi jual beli daam satu transaksi” adalah ucapan seorang penjual atau pembeli : “Barang ini kalau tunai harganya segini sedangkan kalau kredit maka harganya segitu.”
Penafsiran ini datang dari banyak ulama’, yaitu :
Sammak bin Harb , salah seorang perowi hadits ini, Abdul Wahhab bin Atho’ , Ibnu Sirin , Thowus, Sufyan Ats Tsauri, Al Auza’i , Ibnu Qutaibah , Nasa’i , Ibnu Hibban .
Berkata Syaikh Salim Al Hilali :
“Penafsiran ini adalah yang paling shohih, karena sebab berikut :
Bahwasanya tafsir seorang perwi hadits itu lebih didahulukan daripada lainnya. Ini adalah yang difahami oleh kebanyakan ulama’ dari kalangan ahli hadits. Ini juga yang difahami oleh para uilama’ bahasa dan ulama’ tabi’in. (Lihat Al Manahi Asy Syariyah 2/221-222)
Dari sini, maka dapat disimpulkan bahwa ucapan seseorang : “Saya jual barang ini padamu kalau kontan harganya sekian dan kalau ditunda pembayarannya harganya sekian.” Adalah sistem jual beli yang saat ini dikenal dengan nama jual beli kredit . (Lihat juga Silsilah Ash Shohihah Imam Al Albani 4/422)



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati. Jual beli hukum asalnya ialah jaiz atau mubah/boleh (halal) berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, Hadits dan ijma’ para ulama. Rukun jual beli ada tiga, yaitu : akad (ijab kabul), orang-orang yang berakad (penjual dan pembeli), dan ma’kud alaih (objek akad).
Dalam praktek jual beli ada yang diperbulehkan dan ada juga yang dilarang. Praktek jual beli yang diperbolehkan diantaranya: jual beli lelang, jual beli kredit, dan jual bei salam. Sedangkan praktek jual beli yang dilarang diantaranya: jual beli gharar, jual beli najsy, dan akad ganda dalam satu transaksi.
DAFTAR PUSTAKA

Nasrun, Haroen, 2007. Fiqih Mu’amalah. Jakarta : Gaya Media Pratama
Suhendi, Hendi, 1997. Fiqih Mu’amalah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Drs. Ghufran Ihsan,M.A. 2008. Fiqih Mu’amalah. Jakarta : Prenada Media Grup
As-Sadi’, Abdurrahman, dkk. Fiqih Jual Beli. Jakarta : Senayan Publishing
Rasyid, Sulaiman, 2013. Fiqih Islam. Bandung : Sinar Baru Algesindo
Al-asqalani, Bulug al-maram min Adillat al-ahkam (Riyadh : Dar al-Falaq, 1424H), hlm.
Jalaludin Abdurrahman Ibn Abi  Bakr Al-suyuthi, Al-jami’ al-shaghir fi Al-hadits al-Basyir al-Nadzir, Juz II, (Beirut : Dar al-Fikr, t.th) hlm. 118

[1] Al-Zuhaily Wahbah, Al-fiqh al-Islami wa Adillatuh, (Damaskus,2005) juz 4.
[2] ibidKeyword


Habib Jindan Bin Salim Jindan - Benci Kepada Kekafiran




makalah jual beli makalah jual beli dalam islam makalah jual beli online makalah jual beli tanah makalah jual beli perusahaan makalah jual beli pdf makalah jual beli salam makalah jual beli dan riba makalah jual beli dalam islam pdf makalah jual beli kredit makalah jual beli dalam hukum bisnis makalah jual beli asi makalah jual beli anjing makalah jual beli as salam makalah jual beli agama islam makalah jual beli anak makalah jual beli agama makalah jual beli arbun makalah jual beli angsuran makalah jual beli menurut agama islam makalah jual beli secara adat makalah jual beli borongan makalah jual beli barang najis makalah jual beli beserta footnote makalah jual beli barang makalah jual beli barang haram makalah jual beli bayi makalah jual beli barang bekas makalah jual beli berhadiah makalah jual beli barter makalah jual beli mobil bekas contoh makalah jual beli menurut islam contoh makalah jual beli barang contoh makalah jual beli saham makalah tata cara jual beli makalah jual beli hak cipta contoh makalah jual beli dalam islam contoh makalah jual beli online contoh makalah jual beli salam contoh makalah jual beli dan riba contoh makalah jual beli murabahah makalah jual beli dan khiyar makalah jual beli dalam ekonomi syariah makalah jual beli dan permasalahannya makalah jual beli dalam hukum adat makalah jual beli dalam islam doc makalah jual beli dalam ekonomi islam makalah jual beli emas makalah etika jual beli makalah ekonomi islam jual beli makalah ekonomi islam tentang jual beli makalah ekonomi syariah tentang jual beli makalah hadits ekonomi tentang jual beli makalah hadis ekonomi tentang jual beli makalah etika jual beli dalam islam makalah jual beli fiqih muamalah makalah jual beli fiqih makalah jual beli fiqh muamalah makalah jual beli fudhuli fiqih muamalah jual beli makalah makalah fiqih jual beli makalah jual beli fasid makalah jual beli dalam fiqih muamalah makalah jual beli dalam fiqh muamalah makalah jual beli gharar makalah jual beli ginjal makalah tentang jual beli gharar makalah jual beli dan gadai makalah jual beli hukum perdata makalah jual beli hutang dengan hutang makalah jual beli hukum perikatan makalah jual beli hukum bisnis makalah jual beli handphone makalah hukum jual beli perusahaan makalah tentang jual beli dua harga makalah jual beli menurut hukum islam makalah jual beli ijon makalah jual beli islam makalah jual beli internasional makalah jual beli inah makalah jual beli istishna makalah jual beli istisna makalah jual beli secara islam makalah tentang jual beli istishna makalah perjanjian jual beli internasional makalah jual beli jabatan pns makalah jual beli jasa makalah jual beli jabatan makalah jujur dalam jual beli makalah jual beli makalah jual beli makalah jual beli yang jujur makalah hukum jual beli jenazah makalah jual beli kontemporer makalah jual beli kredit dalam pandangan islam makalah jual beli khiyar dan riba makalah jual beli kotoran makalah jual beli kotoran hewan makalah jual beli kredit menurut islam makalah jual beli khiyar makalah jual beli khusus makalah jual beli kredit pdf makalah jual beli lengkap makalah jual beli lelang makalah jual beli lelang dalam islam makalah jual beli yang dilarang dalam islam makalah larangan jual beli latar belakang makalah jual beli online makalah larangan sumpah dalam jual beli makalah jual beli on line makalah jual beli yang di larang makalah lengkap jual beli dalam islam makalah jual beli menurut islam makalah jual beli murabahah makalah jual beli mata uang makalah jual beli mobil makalah jual beli menurut syariat islam makalah jual beli muamalah makalah jual beli murabahah salam dan istishna makalah jual beli najasy makalah hukum jual beli barang najis makalah jual beli (sale and purchase) makalah negosiasi dalam jual beli makalah tentang jual beli barang najis makalah jual beli online menurut hukum islam makalah jual beli online dalam pandangan islam makalah jual beli organ makalah jual beli online dalam hukum islam makalah jual beli online menurut pandangan islam makalah bisnis jual beli online download makalah jual beli online makalah jual beli saham dan obligasi dalam islam makalah kasus penipuan jual beli online makalah jual beli properti makalah jual beli perniagaan makalah jual beli perusahaan dalam hukum dagang makalah jual beli panjar makalah jual beli pesanan makalah jual beli paksa makalah jual beli pinjam meminjam sewa menyewa makalah jual beli pulsa makalah jual beli dan qirad makalah muamalah fiqih jual beli qiradh dan riba makalah jual beli riba makalah jual beli rumah makalah tentang jual beli rumah makalah perjanjian jual beli rumah makalah jual beli dan ribah makalah rukun jual beli makalah perbedaan jual beli dan riba makalah jual beli secara umum makalah jual beli syari'ah makalah jual beli secara kredit dan diskonnya makalah jual beli saham makalah jual beli salam dan istishna makalah jual beli secara kredit makalah jual beli tanah adat makalah jual beli tebasan makalah jual beli tanah menurut uupa makalah hukum perjanjian jual beli tanah makalah tentang jual beli sperma hewan makalah tentang jual beli darah makalah tentang jual beli hutang makalah tentang muamalah jual beli dalam islam makalah jual beli uang makalah jual beli urbun makalah jual beli dan utang piutang makalah jual beli mata uang dalam islam makalah tentang jual beli mata uang makalah usaha jual beli motor makalah jual beli valuta asing makalah jual beli valas makalah jual beli valuta asing menurut islam makalah jual beli via internet makalah jual beli valuta asing dan saham makalah jual beli valuta asing dalam islam makalah tentang jual beli valuta asing makalah tentang jual beli valas makalah jual beli wafa makalah kasus wanprestasi jual beli makalah menganalisa website jual beli online makalah wanprestasi jual beli tanah makalah analisa website jual beli online makalah jual beli yang diharamkan makalah jual beli yang diharamkan dalam islam makalah jual beli yang dilarang makalah jual beli yang sah tapi terlarang makalah jual beli yang sah makalah tentang jual beli yang dilarang makalah tentang jual beli yang dilarang dalam islam makalah tentang jual beli yang diharamkan Obat Liver Paling Ampuh Cara Mengobati Bronkitis Paling Ampuh Cara Mengobati Penyakit Ginjal Cara Mengobati Usus Buntu Tanpa Operasi Obat Syaraf Kejepit Paling Ampuh Obat Turun Berok Cara Menyuburkan Kandungan agar Cepat Hamil Obat Amandel Anak dan Dewasa Cara Mengobati TBC secara Alami Cara Mengobati Asam Lambung Tinggi 10 Anjuran dan 6 Makanan Pantangan Penderit Diabetes Niat Mandi Wajib Sebelum Shalat Jum'at 12 Pantangan Usus Buntu